Sejarah
Maskapai
penerbangan ini didirikan pada Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada tanggal
30 Juni 2000, dimana maskapai penerbangan ini menerbangkan penerbangan
penumpang berjadwal antara Jakarta dan Pontianak dengan menggunakan sebuah
Boeing 737-200 yang disewa. Maskapai penerbangan ini dimiliki oleh Rusdi Kirana
dan keluarganya.[2] Maskapai penerbangan ini juga berencana akan bergabung
dengan IATA dan karena itu berharap untuk menjadi operator kedua IATA dari
Indonesia setelah Garuda Indonesia. Lion Air gagal, pada awal 2011, penilaian
awal IATA untuk syarat keanggotaan karena kekhawatiran akan masalah keamanan.
Lion Air dan Boeing sedang merintis penggunaan prosedur Kinerja Navigasi
Disyaratkan (RNP) di Indonesia, setelah berhasil melakukan validasi penerbangan
di dua bandar udara di daerah yang menantang, Ambon dan Manado.[3]
Mulai
Februari 2010, Lion Air menambah jumlah penerbangan ke Jeddah menjadi lima kali
seminggu. Rute ini dilayani oleh dua Boeing 747-400 dengan 496 kursi.[4]
Aviation
Week melaporkan bahwa Lion Air berencana akan mendirikan perusahaan patungan
dengan maskapai penerbangan regional Malaysia, Berjaya Air, untuk mendirikan
anak perusahaan di Malaysia. Namun, patungan ini dibatalkan setelah jelas
AirAsia dan MAS melakukan kerja sama daripada bersaing.
Sejak 19
Juli 2011, Lion Air menghentikan penggunaan 13 pesawatnya karena adanya sanksi
karena kinerja ketepatan waktunya yang sangat buruk sampai Lion Air dapat
memenuhi sekurang-kurangnya 80 persen dari OTP. Kementerian Perhubungan
mencatat OTP Lion Air hanya 66.45 persen dan merupakan yang terburuk dari 6
maskapai penerbangan utama dari Januari hingga April 2011 di 24 bandar udara di
seluruh Indonesia.[5][6] Di sisi lain, maskapai penerbangan yang menggunakan
bandar udaraa Jakarta menghadapi penundaan yang cukup besar untuk jadwal mereka
karena kemacetan di landasan pacu.[7]
Pada 18
November 2011, maskapai penerbangan ini bersama dengan Boeing mengumumkan
pemesanan 201 pesawat Boeing 737 MAX dan 29 pesawat Boeing 737-900ER dan ini
tercatat sebagai pemesanan tunggal terbanyak oleh satu maskapai penerbangan
komersial sebanyak 230 dengan nilai $21.7 miliar.
Pada bulan
Januari 2012, Departemen Perhubungan mengatakan bahwa Lion Air akan dikenakan
sanksi karena beberapa pilot dan awak pesawat ditemukan dalam beberapa bulan
terakhir karena kepemilikan kristal methamphetamine. Pada akhir 2011 Muhammad
Nasri dan dua petugas pertama lainnya ditangkap di sebuah pesta di Tangerang,
dan di awal tahun 2012 pilot tertangkap dalam kepemilikan sabu di Makassar.[8]
Pada 4 Februari 2012, pilot Lion Air lainnya ditangkap setelah dilakukannya tes
urin atas penggunaan methamphetamine; ia dijadwalkan akan terbang dengan rute
Surabaya-Makassar-Balikpapan-Surabaya flight satu jam kemudian.[9] Lisensi
pilot dan kru pesawat itu langsung dicabut.
Lion Air
merencanakan akan mendirikan maskapai penerbangan jarak jauh dengan nama Batik
Air, yang akan mulai beroperasi pada tahun 2013 dengan menggunakan 737-900ER.
Lion Air juga menandatangani komitmen dengan Boeing untuk memesan lima buah
pesawat 787 Dreamliner untuk maskapai penerbangan ini, dan ini membuat Lion Air
menjadi maskapai penerbangan Indonesia pertama yang memesan tipe ini sejak
Garuda Indonesia membatalkan pemesannya untuk 10 Dreamliner pada tahun 2010,
dan diperkirakan akan dikirim pada tahun 2015.[10] Maskapai ini juga telah
mempertimbangkan memesan pesawat berbadan lebar Airbus A330, tetapi memilih
untuk membeli 787.[11]
Pada 11
September 2012, Lion Air dan National Aerospace & Defence Industries Sdn
Bhd (Nadi) menandatangani perjanjian JV untuk mendirikan maskapai penerbangan
baru di Malaysia, dengan nama Malindo Airways pada Mei 2013. Kedua mitra juga
sepakat untuk membentuk JV lain untuk memberikan layanan perawatan pesawat
untuk semua pesawat di Grup Lion Air, termasuk maskapai penerbangan patungan di
antara mereka.[12]
Pada 18
Maret 2013, Lion Air menandatangani kontrak pembelian 234 pesawat Airbus
senilai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 233 triliun di Perancis dan disaksikan
langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande. Pesawat yang dipesan adalah
jenis A320 dan A321 [13].
Sumber : wikipedia