Laman

Sabtu, 21 Februari 2015

Lion Air

Sejarah

Maskapai penerbangan ini didirikan pada Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada tanggal 30 Juni 2000, dimana maskapai penerbangan ini menerbangkan penerbangan penumpang berjadwal antara Jakarta dan Pontianak dengan menggunakan sebuah Boeing 737-200 yang disewa. Maskapai penerbangan ini dimiliki oleh Rusdi Kirana dan keluarganya.[2] Maskapai penerbangan ini juga berencana akan bergabung dengan IATA dan karena itu berharap untuk menjadi operator kedua IATA dari Indonesia setelah Garuda Indonesia. Lion Air gagal, pada awal 2011, penilaian awal IATA untuk syarat keanggotaan karena kekhawatiran akan masalah keamanan. Lion Air dan Boeing sedang merintis penggunaan prosedur Kinerja Navigasi Disyaratkan (RNP) di Indonesia, setelah berhasil melakukan validasi penerbangan di dua bandar udara di daerah yang menantang, Ambon dan Manado.[3]

Mulai Februari 2010, Lion Air menambah jumlah penerbangan ke Jeddah menjadi lima kali seminggu. Rute ini dilayani oleh dua Boeing 747-400 dengan 496 kursi.[4]

Aviation Week melaporkan bahwa Lion Air berencana akan mendirikan perusahaan patungan dengan maskapai penerbangan regional Malaysia, Berjaya Air, untuk mendirikan anak perusahaan di Malaysia. Namun, patungan ini dibatalkan setelah jelas AirAsia dan MAS melakukan kerja sama daripada bersaing.

Sejak 19 Juli 2011, Lion Air menghentikan penggunaan 13 pesawatnya karena adanya sanksi karena kinerja ketepatan waktunya yang sangat buruk sampai Lion Air dapat memenuhi sekurang-kurangnya 80 persen dari OTP. Kementerian Perhubungan mencatat OTP Lion Air hanya 66.45 persen dan merupakan yang terburuk dari 6 maskapai penerbangan utama dari Januari hingga April 2011 di 24 bandar udara di seluruh Indonesia.[5][6] Di sisi lain, maskapai penerbangan yang menggunakan bandar udaraa Jakarta menghadapi penundaan yang cukup besar untuk jadwal mereka karena kemacetan di landasan pacu.[7]

Pada 18 November 2011, maskapai penerbangan ini bersama dengan Boeing mengumumkan pemesanan 201 pesawat Boeing 737 MAX dan 29 pesawat Boeing 737-900ER dan ini tercatat sebagai pemesanan tunggal terbanyak oleh satu maskapai penerbangan komersial sebanyak 230 dengan nilai $21.7 miliar.

Pada bulan Januari 2012, Departemen Perhubungan mengatakan bahwa Lion Air akan dikenakan sanksi karena beberapa pilot dan awak pesawat ditemukan dalam beberapa bulan terakhir karena kepemilikan kristal methamphetamine. Pada akhir 2011 Muhammad Nasri dan dua petugas pertama lainnya ditangkap di sebuah pesta di Tangerang, dan di awal tahun 2012 pilot tertangkap dalam kepemilikan sabu di Makassar.[8] Pada 4 Februari 2012, pilot Lion Air lainnya ditangkap setelah dilakukannya tes urin atas penggunaan methamphetamine; ia dijadwalkan akan terbang dengan rute Surabaya-Makassar-Balikpapan-Surabaya flight satu jam kemudian.[9] Lisensi pilot dan kru pesawat itu langsung dicabut.

Lion Air merencanakan akan mendirikan maskapai penerbangan jarak jauh dengan nama Batik Air, yang akan mulai beroperasi pada tahun 2013 dengan menggunakan 737-900ER. Lion Air juga menandatangani komitmen dengan Boeing untuk memesan lima buah pesawat 787 Dreamliner untuk maskapai penerbangan ini, dan ini membuat Lion Air menjadi maskapai penerbangan Indonesia pertama yang memesan tipe ini sejak Garuda Indonesia membatalkan pemesannya untuk 10 Dreamliner pada tahun 2010, dan diperkirakan akan dikirim pada tahun 2015.[10] Maskapai ini juga telah mempertimbangkan memesan pesawat berbadan lebar Airbus A330, tetapi memilih untuk membeli 787.[11]

Pada 11 September 2012, Lion Air dan National Aerospace & Defence Industries Sdn Bhd (Nadi) menandatangani perjanjian JV untuk mendirikan maskapai penerbangan baru di Malaysia, dengan nama Malindo Airways pada Mei 2013. Kedua mitra juga sepakat untuk membentuk JV lain untuk memberikan layanan perawatan pesawat untuk semua pesawat di Grup Lion Air, termasuk maskapai penerbangan patungan di antara mereka.[12]

Pada 18 Maret 2013, Lion Air menandatangani kontrak pembelian 234 pesawat Airbus senilai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 233 triliun di Perancis dan disaksikan langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande. Pesawat yang dipesan adalah jenis A320 dan A321 [13].

Sumber : wikipedia